PELAJARAN 4
PELETAK DASAR, PENDIRI DAN PENERUS WARTA AGAMA
POKOK BAHASAN
- Pengertian peletak dasar, pendiri, dan penerus warta
agama
- Kembali ke Ajaran Dasar
- Alasan Dasar Memahami Peletak Dasar, Pendiri dan
Penerus Warta Agama
- Para Peletak Dasar dan atau Pendiri Agama, Ajaran dan
Perjuangannya.
- Para Penerus Warta
Agama
- Melestarikan Ajaran Agama
SASARAN PEMBELAJARAN
- Memahami tujuan kembali ke Ajaran Dasar
- Menjelaskan alasan memahami peletak dasar dan penerus
warta agama.
- Mengenal
peletak dasar, pendiri dan penerus warta agama masing-masing.
- Memahami ajaran agama masing-masing
- Mencintai agama masing-masing.
- Ambil bagian dalam penerusan warta agama.
MATERI PEMBELAJARAN
Ibarat aliran
sungai yang semakin jauh dari sumbernya
semakin tidak murni keadaan airnya, demikian juga dengan ajaran suatu agama.
Semakin tua sebuah agama, maka semakin besarlah kemungkinan terjadinya kontaminasi / pencemaran ajarannya.
Pencemaran ajaran bisa terjadi karena sikap gegabah memasukkan ajaran / paham
lain (akulturasi budaya), kesalahan penafsiran ajaran agama, kesombongan
anggotanya, kebodohan anggotanya, fanatisme sempit, dan sebagainya. Banyak hal
harus dilakukan oleh para pemeluk agama, terutama para pemukanya untuk menjaga
kemurnian agama tanpa harus kehilangan relevansinya
bagi umat pada jamannya. Agama yang kehilangan relevansi akan ditinggalkan oleh jemaatnya karena tidak dapat
memenuhi tuntutan / harapan umat.
A. Pengertian
Peletak
dasar adalah orang yang ide-idenya, gagasan-gagasannya, atau pemikiran-
pemikirannya digunakan agama tertentu sebagai pedoman hidup beragamanya. Orang
ini belum tentu mendirikan agama. Orang itu misalnya Yesus Kristus. Hingga
sekarang pemikiran Yesus Kristus, ajaran, beserta teladan hidup-Nya menjadi
pedoman hidup beragama umat kristiani. Hal demikian terjadi juga pada Kong Hu
Cu dan Buddha.
Pendiri
agama adalah orang yang pertama kali menyatakan (memproklamirkan) bahwa
kehadirannya di dunia ini membawa agama tertentu. Orang itu misalnya nabi
Muhammad. Nabi dipanggil untuk mengajarkan agama Islam. Nabi bersabda bahwa beliau hadir di dunia
membawa agama Islam.
Penerus
warta agama adalah mereka yang melanjutkan usaha dan perjuangan para peletak
dasar dan pendiri agama. Mereka itu pertama-tama adalah lembaga keagamaan di
mana di dalamnya terdapat para pemimpin agama. Kitapun juga penerus warta
agama.Keterlibatan dan sumbangan kita sebagai warga jemaah agama sangat penting
dalam penerusan warta agama. Supaya bisa
meneruskan warta agama maka kita harus mengenal
dengan baik para peletak dasar agama, para pendiri, para penerusnya dan
ajaran agama yang kita anut.
B. Urgensi Memahami Peletak Dasar, Pendiri dan Penerus Warta Agama
Pemahaman akan
peletak dasar dan penerus warta agama sudah sangat mendesak untuk dilakukan.
Berbagai peristiwa dan kelompok agama
tertentu menunjukkan terjadinya penyimpangan ajaran agama. Peristiwa-peristiwa itu antara lain:
- Bertumbuh suburnya
berbagai aliran keagamaan yang dinyatakan sesat oleh para ahli
agama misalnya sekte Ranting Daud, Komunitas Eden, sekte Aung San Rikyo, saksi Yehova, dsb.
- Timbulnya berbagai organisasi keagamaan garis keras
yang berhaluan fundamentalis
(Ahlul Sunah Wal Jamaah, Laskar Jihad, Jamaah Islamiah, FPI, dll).
Kelompok ini berusaha mencampuradukkan kepentingan pribadi/kelompok dengan
kepentingan umum. Mereka juga berusaha memaksakan pikiran dan kehendaknya
kepada penganut lain.
- Arus globalisasi dan modernisasi yang berdampak pada
pengikisan iman dan ateis praktis. Orang lebih mendewakan kemajuan
tehnologi daripada agama.
- Liberalisme yang menimbulkan sekularime agama dengan dunia. Itu berarti terjadi pemisahan
antara kehidupan beragama dengan kehidupan bermasyarakat. Akibatnya, agama
menjadi formalitas belaka. Ajaran agama tidak meresapi kehidupan.
Kemauan untuk
memahami peletak dasar, pendiri, penerus warta agama, beserta agama yang dianut
dapat menumbuhkan nilai-nilai positif yang sangat mendidik seseorang. Nilai
positif (manfaat) yang diperoleh, antara
lain:
1. Semakin
mengenal dan mencintai peletak dasar, pendiri, dan penerus perjuangannya.
2. Semakin
memahami ajaran agama, mencintai agama, dan menghayatinya dalam hidup
sehari-hari.
3. Mampu
memahami dan menghargai keberadaan agama lain.
4. Dapat
menangkal ajaran sesat.
5. Tidak
menjadi penyesat-penyesat yang baru.
6. Beriman
secara kritis.
C.
PELETAK DASAR & PENDIRI AGAMA : AJARAN & PERJUANGANNYA
Setiap agama
memiliki peletak dasar sendiri-sendiri. Ide dasar dan ajaran dari peletak dasar
inilah yang kemudian dijadikan pedoman hidup beragama. Namun, tidak semua peletak dasar agama
menjadi pendiri agama. Berikut disampaikan secara sekilas para peletak dasar
agama, ajaran beserta perjuangannya.
1.
Nabi Muhammad
Nabi
Muhammad adalah peletak dasar dan pendiri agama Islam. Ia adalah anak dari
Abdullah dan Aminah. Dalam usia yang sangat muda, ia sudah yatim piatu. Keprihatinannya
terhadap kaum miskin Mekkah akibat jaman jahiliyyah
mendorongnya untuk mendirikan LSM Hilful-Fadhul.
Pengalaman terlibat dalam LSM tersebut menempanya menjadi seorang pemimpin yang
terpercaya. Oleh sahabat dan orang-orang yang mengenalnya, nabi disebut sebagai
al-amin.
Pada
usia 40 tahun Nabi menerima wahyu Tuhan melalui malaikat Jibril ketika ia
sedang menyepi di gua Hira. Wahyu pertama yang turun adalah Surat Al- Alaq
(segumpal darah) atau Al- Kalam (sabda).
Inti
ajaran Islam adalah kepasrahan total
atau penakhlukan diri kepada Allah. Sedangkan dalam prakteknya, kaum muslim
memiliki kewajiban untuk menciptakan masyarakat yang adil dan setara di mana
orang-orang miskin dan lemah diperlakukan secara layak. Zakat dan shalat
merupakan dua dari lima
rukun ( prinsip) Islam yang harus dilaksanakan oleh setiap muslim.
Dalam
menyebarkan ajarannya, nabi dibantu oleh istrinya Khadijah, istri-istri yang
lain (misalnya Siti Aisyah), Warakhah bin Naufal (paman), Abi Talib (paman),
Abu Bakar (sahabat masa kanak-kanak), Ali bin Abi Talib (saudara sepupu), Zaid bin Harisah (anak angkat dan mantan
budak istrinya), dan penduduk Yatsrib (Madinah). Tantangan yang berat dari penduduk Mekkah
memaksa nabi untuk hijrah ke Madinah. Oleh penduduk Madinah, nabi justru
diangkat menjadi pemimpin mereka, sehingga dapat dengan leluasa menyebarkan
agamanya.
Banyak
orang menentang ajaran dan usaha Nabi Muhammad. Mereka adalah para penduduk,
penguasa dan pengusaha Mekkah, kaum feodal dan para pemilik budak yang berasal
dari sukunya sendiri Quraisy. Mereka adalah orang-orang mapan yang merasa lebih
berharga daripada Allah. Mereka juga merupakan para penyembah berhala. Di luar
Mekkah perjuangan nabi mendapat tantangan dari orang-orang Yahudi dan Nasrani
yang berpendapat bahwa di luar Israel tidak ada nabi.
Yang
sangat membahagiakan adalah bahwa di akhir hidup nabi, agama Islam sudah
tersebar luas bahkan mampu mempersatukan suku-suku jazirah Arab. Ajaran dan
cara hidupnya menjadi hukum kedua bagi umat muslim. Ajaran dan cara hidup itu
terkumpul dalam Hadits Nabi.
2.
Yesus Kristus
Yesus
Kristus menjadi peletak dasar bagi agama Kristen (Katolik dan Kristen
reformasi). Kisah Yesus Kristus beserta ajaran dan perjuangannya dapat disimak
dalam kitab suci perjanjian baru khususnya pada keempat Injil (Matius, Markus,
Lukas, dan Yohanes).
Dari
keempat Injil dijelaskan bahwa Yesus adalah anak Maria dan Yusuf. Sedangkan
sejatinya, Dia adalah Anak Allah (Allah yang turun ke dunia). Karena sebagian
besar hidup-Nya dihabiskan di Nazaret, maka Dia dinamakan Yesus dari Nazaret.
Pada usia 30 tahun Ia mulai membaharui agama Yahudi dengan ajaran-ajaran yang
dianggap orang sebagai ajaran baru.
Inti
ajaran Yesus adalah, “Bertobatlah dan percaya pada Injil”. Bertobat artinya
berbalik kepada Allah dengan melaksanakan kehendakNya. Kehendak Tuhan adalah
pewartaan kabar gembira (Injil) bahwa Allah mencintai manusia. Mewartakan kabar
gembira berarti mewartakan (dalam kata dan perbuatan ) kegembiraan kepada orang
lain. Hal ini dikonkritkan dalam perbuatan kasih, ”Kasihilah Tuhan Allahmu
dengan segenap hatimu, dengan segenap akal budimu, dengan segenap tenagamu,
serta kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri” Dan juga,” Kasihilah
musuh-musuhmu”(Mat 22:37-40).
Yesus tidak hanya berbicara saja. Ia juga mewujudkan semua yang diajarkan dalam
pelayananNya. Lalu pergilah Yesus ke seluruh Galilea, memberitakan Injil dalam
rumah-rumah ibadat mereka dan mengusir setan-setan (Mrk. 1:39).
Dalam
menyebarkan ajaranNya, Yesus tidak sendirian. Ia berusaha melibatkan banyak
orang. Mereka itu adalah para rasul (12 orang), para murid (70 orang), para
wanita, dan mereka semua yang mendukung usahaNya.
Banyak
pihak menentang Yesus. Mereka adalah para ahli kitab dan orang farisi, juga
para penguasa yang pada dasarnya orang-orang mapan. Ketidakmampuan masyarakat
memaknai paham mesianis Yesuspun
merupakan tantangan yang tidak kalah berat. Akibatnya, kehidupan Yesus berakhir
secara tragis; mati di kayu salib dengan tuduhan sebagai penjahat. Namun,
sebenarnya kematian itulah bagian dari misi
pembebasan manusia dari dosa.
Tidak
secara langsung perjuangan Yesus membuahkan hasil. Bahkan setelah Yesus
disalib, para murid bubar. Namun di
kemudian hari ajaran Yesus tersebar ke penjuru dunia. Hal ini disebabkan oleh
Roh Kudus yang datang menyemangati dan meneguhkan iman mereka.
Menurut
para ahli agama Kristen Katolik didirikan oleh Paulus (di luar Palestina) dan
oleh para rasul (dalam Palestina). Hal ini mungkin bisa dimengerti karena Yesus
tidk pernah memproklamirkan diri sebagai pendiri Kekristenan. Meski kekristenan
tidak hanya berisi pemikiran Paulus, tetapi Paulus memiliki pengaruh besar
dalam penulisan Kitab Suci Perjanjian Baru (misal surat-surat Katolik). Sebutan
Kristen sendiri diberikan oleh penduduk Anthiokia kepada kelompok orang yang
menjalankan ajaran dari seseorang yang disebut Kristus. Sedangkan kata Katolik
sendiri dicetuskan pertama kali oleh St. Ignatius dari Antiokia. Menurut
sejarah, agama Kristen Protestan dipelopori pendiriannya oleh Martin Luther,
Yohanes Calvin, dan Zwingli. Kemudian dalam perkembangannya banyak orang
mendirikan aliran-aliran baru dengan nama yang bermacam-macam. Beberapa tokoh
pendiri aliran itu antara lain Aliran-aliran ini meneruskan cita-cita
pendiri.
3.
Sapta Maharsi
Hindu
ada sejak 1500 SM. Peletak dasar agama Hindu adalah para Maharsi. Maharsi
adalah orang-orang suci yang dipilih Tuhan untuk dapat berhubungan /
berkomunikasi dan menerima wahyuNya. Dari sekian banyak Maharsi, ada tujuh Rsi
yang banyak disebut dalam kitab Veda. Itulah sebabnya mereka dinamakan sapta
Maharsi karena jumlahnya tujuh. Mereka itu adalah: Rsi Grtsamada, Visvamitra,
Vamadeva, Atri, Bharadvaja, Vasistha, dan Kanva. Wahyu-wahyu itu terhimpun
dalam Kitab Suci Veda.
Agama
Hindu mendasarkan diri pada ajaran persahabatan bagi mereka yang mempercayai
kesucian seseorang, kesadaran eksperiensial
(berhubungan dengan pengalaman) tentang Tuhan melalui praktek spiritual
(rohani) dan disiplin moral (perilaku dgn pertimbangan baik-buruk),
pemeliharaan dharma (kebenaran), kebebasan pemikiran total, keselarasan dalam
agama, tanpa kekerasan (ahimsa), perbuatan, dan pemikiran, menghormati semua
bentuk kehidupan, dan hukum karma (sebab akibat).
Di
antara agama-agama yang ada di dunia, agama Hindulah yang paling toleran.
Dasarnya adalah bahwa semua yang berbuat baik ambil bagian dalam karya
perdamaian yang diajarkan oleh para Maharsi.
4.
Khong Hu Cu
Peletak
dasar agama Khong Hu Cu adalah Khong Hu Cu atau Konfucius. Ia lahir di kota Tsou, di negeri Lu
dari keluarga Siok Liang Hut dan Tien Cai.
Menurut Tomy Su, kelahiran Khong Hu Cu ini dirayakan pada hari raya
Imlek (Kompas, 28 Jan, 2006).
Khong
Hu Cu adalah pemeliharan dan penjaga tradisi leluhur yang baik. Ia berusaha
mengolah dan menuliskan kembali tradisi-tradisi baik yang sudah ada sejak dahulu
kala. Ia juga menambahkan dalam penulisan tradisi tersebut
pemikiran-pemikirannya. Konfucius menekankan kaitan antara Jalan Langit dan
Jalan Bumi dengan Jalan Kemanusiaan. Ia mencanangkan dunia tindakan dalam
hubungan sosial, sebagai pusatnya adalah meditasi kehidupan sehari-hari untuk
mendapatkan penerangan.
Khong
Hu Cu adalah seorang warga negara yang baik. Ia mengabdikan dirinya untuk
kemajuan dan kemakmuran kerajaan. Pengalaman hidup bermasyarakat, kepeduliannya
kepada sesama khususnya rakyat miskin dan menderita, serta patriotismenya
menjadi teladan umat.
Dua
nilai ajaran Khong Hu Cu: Yen dan Li. Yen
adalah cinta/ ramah tamah dalam hubungan dengan seseorang. Sedangkan Li adalah serangkaian antara perilaku,
ibadah dan adat istiadat, tata krama, dan sopan santun. Dalam buku Lun Yu,
Khong Hu Cu mengajarkan tenggang rasa (tepa
selira) pada orang lain.
Banyak
orang mendukung usaha dan perjuangan Khong Hu Cu. Dari antara mereka adalah
para muridnya. Namun demikian banyak juga yang menentang bahkan menghambat
Khong Hu Cu. Penghambatan itu dilakukan oleh orang-orang yang iri terhadap
keberhasilan Khong Hu Cu. Mereka memfitnah Kong Hu Cu. Di sinilah Khong Hu Cu
banyak menderita. Tetapi, ia tetap setia pada ajarannya.
Sebagai
agama kuno, Khong Hu Cu awalnya adalah
falsafah hidup. Sebagai falsafah hidup agama ini menjadi pedoman hidup orang
China. Dalam perkembangannya agama Khong Hu Cu tersebar ke penjuru dunia berkat
jasa orang-orang China perantauan.
5.
Sidharta
Gautama
Sidharta
Gautama adalah peletak dasar agama Budha. Ia adalah anak Raja Suddhodana dan
Mayadevi. Ramalan para rsi bahwa ia akan menjadi raja besar atau menjadi buddha
menyebabkan Sidharta dipingit. Raja Suddhodana tidak menghendaki anaknya
menjadi Buddha.
Pengalaman
berjumpa dengan kaum papa, miskin menjadikan Sidharta sadar akan kenyataan dan
makna hidup manusia. Dari sanalah ia termotivasi untuk mencari kesempurnaan
hidup dengan cara menderita dan juga bertapa. Pencapaian penerangan
diperolehnya setelah ia mampu menggabungkan antara doa dan pelayanan. Di bawah
pohon Bodhi sang Sidarta mendapat penerangan sehingga disebut sebagai Budha
(yang mendapat pencerahan).
Ajaran
Sang Budha terangkum dalam empat
kasunyatan; kasunyatan adanya dukkha, kasunyatan sebab dukkha, kasunyatan
lenyapnya dukkha, dan kasunyatan jalan menuju lenyapnya dukkha. Pada kasunyatan
jalan menuju lenyapnya dukka ini diajarkan tentang “Delapan Jalan Mulia atau Arya
Athangika Magga” yaitu pandangan benar, pikiran benar, perkataan benar,
tindakan benar, kehidupan benar, usaha benar, kesadaran benar dan konsentrasi
benar.
Agama
Buddha terdiri dari berbagai aliran, misalnya Theravada (hinayana), mahayana
yang di dalamnya terdapat aliran maitreya. Hingga kini agama Budha termasuk
salah satu dari agama besar di dunia.
B. Para Penerus Warta Agama
Kelangsungan
sebuah agama beserta pewartaannya ditentukan oleh loyalitas (kecintaan) para
pemeluknya. Para pemuka agama merupakan
penentu kebijakan dan penanggung jawab secara
organisasi atau kelembagaan. Sedangkan para awam (umat biasa) menunjukkan
tanggungjawabnya dalam partisipasi pada setiap kegiatan yang diadakan. Berikut
disebutkan para penerus warta agama baik secara kelembagaan maupun secara
perorangan sebagai penanggung jawab ornganisasi agama.
1. Agama Islam
Pada jaman
dahulu kelangsungan agama Islam dipegang oleh para khalifah(wakil nabi). Secara
kelembagaan kelangsungan ajaran agama Islam di Indonesia dibawah tanggungjawab
MUI (Majelis Ulama Indonesia), LDI (Lembaga Dakwah Indonesia), juga ormas-ormas (dan
orpol)yang bersemangatkan Islam (Muhamadiyah, NU, PKB, PKS, PPP, dll).
Sedangkan para pemuka yang bertanggungjawab adalah para ulama, da’i / ustad,
kyai, dan sebagainya. Usaha-usaha kelangsungan warta agama diwujudkan dengan
cara mendirikan pondok pesantren, sekolah (MI, MTs, MA), da’wah / kotbah, dan
sebagainya. Para awam berusaha terlibat dengan
cara ambil bagian dalam pelaksanaan program kegiatan para pemuka dan dengan mendalami ajaran agama dengan
sungguh-sungguh.
2. Agama Kristen
Agama Kristen
terdiri dari berbagai aliran/sekte/denominasi. Maka pendirinyapun ada banyak
juga. Dari banyaknya para pendiri agama Kristen dapat disebut beberapa antara
lain Martin Luther (Lutheran), Zwingli, dan Yohanes Calvin
(Calvinis/reformasi). Sepeninggal para pendiri, kelangsungan warta agama Kristen
dilanjutkan oleh para pendiri sekte dan pendeta. Beberapa pendiri sekte itu
antara lain John Smyth (Gereja Baptis), Wesley bersaudara (Gereja Metodis),
Charles F. Parham (Pentakostal). Mereka ada yang bergabung membentuk
kelembagaan (DGI), ada yang tidak. Di Indonesia berkembang banyak (sekali)
Gereja Kristen: GPdI, GPPS, Mawar Saron, HKBP, GKJW, Bethel, Bethany,
GKT, dll. Data terakhir dari MAG, di Jember saja ada 71 Gereja. Di Indonesia
para pemuka agama kristen mengadakan kerjasama dalam bentuk organisasi disebut
Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI). Sedangkan para awam ambil bagian
dalam pelayanan-pelayaan peribadatan misalnya aktif sebagai singer, pembina
sekolah minggu, ReMaSa, dan sebagainya.
3. Agama Katolik
Banyak orang
menyebut Paulus sebagai pendiri agama Kristen (bdk. Kis. 11:26). Sebutan
Katolik dimunculkan kemudian oleh St. Ignasius dari Antiokia (Uskup). Pada
mulanya penerus ajaran Yesus adalah para rasul di bawah pimpinan St. Petrus.
Setelah jaman para rasul, kelangsungan ajaran diteruskan oleh para Bapa Gereja
(misalnya St. Agustinus, Hironimus, Gregorius Agung, dll). Di samping itu,
secara kelembagaan kelangsungan warta agama katolik merupakan tanggung jawab
Gereja Katolik dunia di bawah kepemimpinan Paus beserta para pembantu-pembantunya
yang disebut hierarki. Di Indonesia tanggungjawab itu berada di tangan KWI
(Konferensi Wali Gereja Indonesia), tarekat religius para pastor, suster dan
bruder ( O.Carm, H. Carm, SPM, CM, CDD, SVD, SJ,dll) juga organisasi lain yang
bersemangatkan katolik misalnya FMKI, PML, Puskat, sekolah – sekolah
katolik.
4. Agama Buddha
Sepeninggal
Sang Buddha, ajaran agama diteruskan oleh para murid dibawah kepemimpinan Maha
Kasyapa. Di masa kejayaan raja Asoka agama Buddha berkembang ke berbagai
penjuru dunia hingga ke Indonesia. Secara kelembagaan kelangsungan ajaran agama
Budha berada di tangan sangha (semacam dewan pemuka agama yang terdiri dari
para bhikku / bhikuni) . Di Indonesia beberapa sangha (Buddha Mahayana dan
Hinayana) membentuk organisasi yang disebut WALUBI (Perwalian Umat Budha
Indonesia). Sedangkan secara khusus kelestarian ajaran budha merupakan
tanggungjawab para pemuka agama Budha antara lain Tennynsy, Lokanathati, Bhiku,
Smanera, dll. Umat Buddha juga memiliki peranan penting dalam usaha meneruskan
warta agamanya.
5. Agama Hindu
Kelangsungan
hidup agama Hindu berada di bawah tanggung jawab para pemuka Hindu, misalnya
para brahmana, juga para rohaniwan (pemangku, sengguhu, wasi, pedande, pendeta,
pinandita, dll). Secara kelembagaan, penerus warta agama Hindhu adalah PHDI
(Parishada Hindu Dharma Indonesia).
6. Agama Khong Hu Cu
Setelah wafat,
ajaran Khong Hu Cu dilanjutkan oleh Tzu-Szu, serta tokoh lain misalnya Meng-Tze
(Mencius). Secara kelembagaan, penanggungjawab warta agama Khong Hu Cu di
Indonesia adalah Majelis Tinggi Agama Khong Hu Cu Indonesia (Matakin).
Kelangsungan agama Khong Hu Cu juga ditopang oleh kuatnya kekeluargaan dalam
masyarakat cina.
C. Melestarikan Ajaran Agama (tindak lanjut).
Kebahagiaan dan
kedamaian adalah cita-cita setiap orang sebagai pribadi dan anggota kelompok.
Setiap orang entah bagai pribadi atau bagian dari jemaat bertanggungjawab
melestarikan ajaran agama masing-masing. Hal ini bertitik tolak dari beberapa
pemikiran:
1.
Ajaran agama merupakan way of life yang sarat dengan nilai-nilai hidup. Lunturnya ajaran
agama yang benar akan menghancurkan hidup manusia itu sendiri.
2.
Ajaran agama merupakan dasar hidup dan norma jemaah.
Hilangnya norma bersama tentu akan memunculkan keegoisan yang berakibat pada
hancurnya nilai-nilai hidup bersama.
3.
Ajaran agama terjelma dalam hidup bermasyarakat. Nilai
agama dan bermasyarakat saling mengadopsi dan melengkapi. Lunturnya nilai agama
tentu merugikan hidup bermasyarakat.
Kesadaran akan
hidup oleh dan untuk jemaah seharusnya mendorong setiap penganut agama untuk
melestarikan ajaran agama yang dianutnya. Selain berusaha memahami dan
mengamalkan ajaran secara benar, keterlibatan seseorang dalam kegiatan lembaga
agama yang bersangkutan merupakan wujud konkrit partisipasi seseorang dalam usaha melestarikan agama.
Seorang pemeluk
agama Katolik bisa terlibat dalam kegiatan-kegiatan hidup menggereja dalam
kerangka liturgis (lektor, pemazmur, kolektan, pendoa, misdinar, dll). Kegiatan
peribadatan misalnya doa lingkungan. Pewartaan misalnya pendalaman iman dan
minggu gembira. Kegiatan kemasyarakatan misalnya SSV. Kegiatan keorganisasian
misalnya Mudika.
Seorang pemeluk
agama Kristen bisa terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan jemaat yang
bersangkutan misalnya kegiatan persekutuan remaja, song leader,
diakonia,sekolah minggu, dll. Mengingatkan teman seagama untuk rajin beribadah
juga merupakan usaha melestarikan ajaran agama.
Sedangkan umat
Islam bisa terlibat dalam kegiatan-kegiatan Remaja Masjid, pengajian, dll.
Kemauan untuk memahami ajaran secara mendalam juga merupakan usaha melestarikan
agama.
Salah satu cara efektif untuk melestarikan ajaran agama
adalah dengan menerbitkan buku-buku serta syiar melalui media massa baik
melalui radio, televisi, internet, dan sebagainya.